Dugaan 300 Pelajar Indonesia Kerja 40 Jam Seminggu di Taiwan, Ini yang Perlu Diketahui

Dugaan 300 Pelajar Indonesia Kerja 40 Jam Seminggu di Taiwan, Ini yang Perlu Diketahui

Media lokal Taiwan memberitakan adanya 300 pelajar Indonesia yang \'dipaksa\' kerja 40 jam seminggu di pabrik lensa kontak setempat. Akibat dari laporan ini, perekrutan dan pengiriman mahasiswa skema kuliah-magang ke Taiwan dihentikan sementara. Taiwan News menurunkan laporan adanya enam universitas Taiwan yang mengirim mahasiswa-mahasiswa asing untuk bekerja di pabrik setempat. Mahasiswa asing ini berasal dari negara-negara yang termasuk dalam kebijakan NSP atau New Southbound Policy, di mana Indonesia merupakan salah satu negara target. Dalam laporan itu disebutkan bahwa ada 300 pelajar Indonesia di bawah usia 20 tahun yang terdaftar di Universitas Hsing Wu melalui jasa agen. Media Taiwan tersebut mengutip pernyataan politisi lokal, yakni Ko Chih-en, yang mengatakan para pelajar hanya dibolehkan mengikuti kelas dua hari seminggu dan satu hari libur. Sementara empat hari lainnya digunakan untuk bekerja di pabrik, di mana mereka mengemas 30.000 lensa kontak dalam satu shift kerja selama 10 jam. Menteri Pendidikan Taiwan sebenarnya melarang program magang selama tahun pertama kuliah. Namun terlepas dari larangan ini, kampus yang dilaporkan mengatur para pelajar tersebut untuk bekerja dalam kelompok. Menanggapi laporan itu, Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (Kemlu), mengatakan pihaknya telah menindaklanjuti dengan meminta keterangan dan berkoordinasi dengan otoritas di Taiwan untuk mendalami skema kuliah-magang, nama resmi program yang memungkinkan pelajar asing untuk belajar sambil bekerja. \"Kemlu telah mendapat laporan dari KDEI di Taipei terkait adanya pengaduan tentang berbagai permasalahan yang dihadapi sejumlah mahasiswa Indonesia peserta skema kuliah-magang di Taiwan,\" tulis juru bicara Kemlu, Arrmanatha Nasir, (3/1/2019). Lebih lanjut, Kemlu juga mengatakan Pemerintah Indonesia akan menghentikan sementara perekrutan serta pengiriman mahasiswa skema kuliah-magang hingga disepakatinya tata kelola yang lebih baik. Berdasarkan keterangan Kemlu, dari 6000 mahasiswa Indonesia yang belajar di Taiwan, 1000 di antaranya mengikuti skema kuliah-magang di 8 universitas Taiwan untuk periode 2017-2018. Diketahui, Perhimpunan Pelajar Indonesia di Taiwan dan manajemen kampus dari Universitas Teknologi Hsin Wu, Taiwan, memberikan klarifikasi soal adanya isu “kerja paksa”, yang dialami mahasiswa Indonesia di negara ini. Munculnya isu ini justru membuat pengurus PPI Taiwan meminta pemerintah Indonesia untuk menyediakan pejabat setingkat atase untuk mengelola, memantau, dan mengevaluasi program-program kerja sama antara kedua negara. Berikut klarifikasi PPI dan manajemen kampus soal isu ini: 

  1. PPI menilai penggunaan kata “kerja paksa” dinilai kurang tepat meskipun diakui adanya sejumlah mahasiswa yang mengalami kelebihan kerja saat melakukan proses magang dari ketentuan maksimal 20 jam per pekan. “Namun demikian, seluruh jam kerja yang dilakukan tetap diberikan gaji,” begitu dilansir pengurus PPI Taiwan dalam laman situs ppitaiwan.org.
  2. PPI Taiwan menilai masalah ini muncul karena sejumlah pihak melakukan perekrutan dan pengiriman mahasiswa magang secara masif. Sementara kedua belah pihak belum menyepakati detil pengelolaannya melalui suatu technical arrangement. “Teman-teman mahasiswa memang harus bekerja (magang) untuk memenuhi biaya sekolah dan hidupnya karena tidak ada beasiswa. Asda beberapa universitas yang hanya memberikan beasiswa 6 bulan sampai 1 tahun saja,” begitu pernyataan PPI Taiwan dalam situsnya.
  3. Manajemen Universitas Teknologi Hsin Wu, Taiwan, mengatakan kebijakan pemerintah mengenai New Southbound Policy mewajibkan perusahaan di Taiwan melatih keterampilan mahasiswa tanpa biaya. Orientasi pelaksanaan Industry - Academia Collaboration untuk kelas internasional adalah kampus merekrut mahasiswa asing yang ingin kuliah namun memiliki kendala ekonomi. Maka, kampus memberikan pengurangan biaya kuliah dan perusahaan menyediakan kesempatan magang bagi mahasiswa sesuai kondisi ekonomi masing-masing mahasiswa.
  4. Manajemen Universitas Teknologi Hsin Wu mengatakan mahasiswa mulai mengikuti magang pada tahun kedua dan tidak pernah dieksploitasi. Semua tercatat dalam absensi kehadiran dan dikuatkan dengan slip gaji yang diterima mahasiswa selama bekerja. Manajemen menyayangkan merebaknya isu “kerja paksa” ini karena merusak reputasi perusahaan. Manajemen kampus juga mengingatkan mahasiswa bekerja magang dalam kelompok tidak lebih dari 20 jam per pekan. Ini sesuai prosedur dalam pengajuan ijin kerja, asuransi kesehatan dan tenaga kerja, serta kampus mengatur transportasi antar-jemput para mahasiswa.
  5. . Manajemen kampus Hsin Wu di Taiwan juga mengingatkan mahasiswa bekerja magang dalam kelompok tidak lebih dari 20 jam per pekan. Ini sesuai prosedur dalam pengajuan ijin kerja, asuransi kesehatan dan tenaga kerja, serta kampus mengatur transportasi antar-jemput para mahasiswa.
  (*)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: